My First Unforgettable Journey (with) Mum

Awalnya bingung mau menceritakan perjalanan yang mana karena menurutku semua sisi dalam hidup penuh dengan perjalanan dan semua perjalanan tersebut penuh dengan makna. Bagiku, dimana, dengan siapa dan kemanapun kaki melangkah. Begitu banyak kisah perjalanan yang tak terlupakan alias unforgetable journey tapi yang paling berkesan adalah ketika aku pertama kali merantau ke luar pulau Sumatera, tempat aku dilahirkan.

Bogor, iya Bogor adalah kota pertama tempat aku merantau setelah aku akhirnya lulus ujian SNMPTN tahun 2002. Entah kenapa aku memilih sebuah kampus pertanian di Bogor, entah kenapa aku akhirnya memutuskan jurusan itu.

“lulus, lulus….”, teriakku dalam hati. Aku tidak pernah begitu senang dengan kelulusanku itu karena pada dasarnya pilihan pertama yang kuinginkan, ceritanya sih dulu kepengen jadi seorang yang berprofesi di bidang kesehatan. Tapi kehendak Allah berbeda dengan yang kuingini aku justru diterjunkan ke bidang pertanian *jauh banget ya… hahaha, begitulah…

“sudah ambil saja, kuliahlah di Bogor”, begitu kata kedua orangtuaku.

Ah…kenapa ga lulus pilihan pertama aja ke Semarang…., aku bergumam dalam hatiku. Sambil kupandangi wajah harap kedua orangtuaku yang sangat ingin aku melanjutkan kuliah di perguruan tinggi negeri meskipun itu bidang pertanian dan di Bogor.

Beribu penyesalan datang menghujam otakku, kenapa aku tidak sungguh-sungguh belajar, kenapa aku tidak bisa membahagiakan kedua orangtuaku, kenapa dan kenapa…oh kenapa….kenapa yang ga pernah habis-habisnya. Sampai akhirnya dengan segala pemikiran panjang, dan karena tidak ingin mengecewakan orangtua untuk kedua kali, aku pun memutuskan merantau ke Bogor dengan niat ingin menunaikan kewajibanku membahagiakan kedua orangtua. Cuma itu yang ada di pikiranku, itu saja.

Persiapan pun dilakukan, ibuku seperti biasa adalah yang paling penuh persiapan sampai lauk-pauk (ikan teri medan yang siap santap, daging sapi rendang, beberapa bungkus nasi buat dimakan setibanya disana) dan macam-macam perlengkapan lainnya (sarung, selimut, gorden segala, bahkan waktu itu mau bawa kasur lipat juga) ya ampuuun…. pokoknya penuh persiapan banget, mungkin ini kali pertama anak perempuan satu-satunya akan pergi jauh dalam waktu yang lama karena kuliah kan berbeda dengan SMA dulu, jaraknya pun sangat jauh beda pulau, jadi apapun disiapkan ibu supaya anak perempuan satu-satunya ini aman dan nyaman setidaknya selama beberapa bulan sebelum penyesuaian tinggal di kota hujan itu. Lagian, kami tidak punya sanak saudara di kota Bogor jadi mungkin itu juga yang membuat ibu penuh dengan persiapan dan rasa kuatir.

Perjalanan ini sungguh tak terlupakan karena ini adalah perjalanan pertamaku berdua bersama ibu. Ibu terus saja, merapikan barang entah apa aja yang dimasukkin dalam koperku, pokoknya aku tau beres aja. hahaha…. oke, tiket pesawat sudah di tangan, kami pun berangkat ke kota medan dulu yang memakan waktu kurang lebih 2 jam. Meninggalkan ayah, adik-adik dan rumah dimana aku dibesarkan bukan dilahirkan, tapi meninggalkan pulau dimana aku berasal dan dilahirkan. Sedih melanda, jangan ada air mata *ucapku dalam hati meski rasanya sulit sekali apalagi ketika harus mencium ayah. huh….berat sekali rasanya menahan air mata ini, tapi tekad sudah bulat, aku sudah bertekad pergi dan merantau.

Iya merantau adalah kebiasaan kami anak-anak Sumatera, dan jika berani pergi tidak boleh pulang sebelum sukses atau berhasil. Begitu, kata sebagian besar orang Sumatera yang merantau. Tak pelak, ada yang melebihi bang Toyib di Sumatera ini, karena bahkan lebih dari hari raya 3 kali memang tidak pulang-pulang.

Selama di bus menuju Bandara Polonia Medan, ibuku tak henti-henti berbicara, mengeluarkan semua nasehat, menyebutkan semua hal yang harus kuketahui, sampai aku tertidur dan ibu menggeser kepalaku dan menyandarkannya ke pundaknya. Oh ibuku…dalam lelahmu, kau masih saja menyiapkan pundakmu untuk anakmu yang hingga kini belum bisa membahagiakanmu.

Aku tau, ketika ibu menggeser kepalaku sambil mengelus-elus kepalaku, dan mencium keningku. Aku ingin menangis tapi tak mau menyudahi suasana yang haru dan indah itu. Kubiarkan saja ibu melanjutkan aksinya. Aku pasrah saja, asal ibu senang… 🙂

Tiba di Bandara Soekarno Hatta, ibu membangunkanku, “sudah nyampe”, kata ibu dengan lembut sambil mengusap kepalaku. Oh rasanya tidak ingin menghentikan pesawat karena indahnya perjalanan itu. Seperti sudah lama aku tidak merasakan elusan dan usapan ibu yang seperti itu. Apa aku yang terlupa, lupa memperhatikan ibu dan memberinya sekedar pijatan kecil untuk meringankan rasa lelahnya. Oh ibuku…

Kami pun, menggunakan bus menuju ke Bogor, kota dimana aku akan merantau, melanjutkan kuliah, meneruskan harapan kedua orangtuaku. Perjalanan begitu melelahkan tapi ibu terus saja membuat suasana riang tanpa memperlihatkan kelelahan sedikit pun, sementara aku terus saja mengeluh, kapan sampe, harus naik apa, disana ketemu siapa, harus bagaimana dan banyak hal lainnya. Tapi ibu selalu bilang “sudah istirahat saja, biar ibu yang urus semua”, ibu memang tidak pernah menyerah meskipun ini juga untuk pertama kalinya ibu ke Bogor. “No worry”.

Akhirnya, kamipun tiba di kota Bogor, ketika itu udara agak panas, tidak seperti kebanyakan orang bilang kalau Bogor kota hujan, tidak ada hujan sama sekali. Panas… dan aku mulai curiga, apa bener ini Bogor? hahaha…

Di angkot, ibu tidak sungkan bertanya pada orang di dalam angkot dengan bahasa Sunda *ibu pernah bisa bahasa Sunda hasil merantau dulu di Bandung tapi masih inget ampe sekarang. Sedangkan aku, merasa risih ketika ibu tak henti-hentinya bertanya dimana letak kampus itu dan harus naik kendaraan apa setelah angkot yang ini. Ah, anak macam apa aku….sudah syukur ibu pinter bahasa Sunda dan berani bertanya, apa yang harus kurisihkan. Tapi begitulah yang kurasakan waktu itu.

Sudah banyak tanya pun, kami tetap nyasar, lumayan jauh dari kampus jadi harus balik arah lagi plus membaa koper berat yang isinya entah apa, yang jelas berat sekali, syukur ada rodanya jadi sudahlah digeret saja. Putar arah, akhirnya terlihatlah tugu dan pintu masuk kampus, ternyata itu pintu kampus masih jauh dari asrama kampus. Dan kami turun di tempat yang paling ujung dan harus ke ujung yang satunya menuju asrama. Aku sudah lelah, ibu masih saja semangat.

“sini, biar ibu yang bawa kopernya”, begitu kata ibu. Aku sih mana tega, meski lelah ya mari kita lanjutkan perjalanan ini, supaya bisa cepat istirahat.

Ternyata tidak bisa langsung ke asrama, ada jadwalnya, ya ampun, kita harus kemana… akhirnya kita pun memutuskan menginap di hotel berbintang 2 atau 3 *ga jelas. Pesan kamar, titip KTP, akhirnya kami bisa merebahkan badan, kamar kelas 3 saja sudah syukur masih ada yang kosong. Kipas angin sederhana, satu bed besar, sangat cukup untukku dan ibu berdua.

Kami ga mungkin nginap di Hotel terus sebelum jadwal pembukaan asrama kan…akhirnya kami pergi ke asrama lagi keesokan harinya, ibu pun memberanikan diri bahkan meminta tolong ingin bicara pada Kepala asrama untuk mengizinkan saya anak perempuan satu-satunya yang merantau pertama kali dan tidak punya sanak saudara ini lebih dulu masuk asrama meskipun nanti akan disusun ulang lagi karena masih menunggu calon mahasiswi lain dari berbagai daerah yang lulus SNMPTN juga. Dengan segala usaha, akhirnya Kepala asrama mengizinkan, ibu yang sudah memegang tiket menuju ke Surabaya ke rumah sanak saudara, harus meninggalkanku.

Setelah mengantarkanku ke asrama, aku pun mengantarkan ibu menuju bus menuju bandara Soekarno Hatta. Ah…rasanya campur aduk, ada rasa bangga, ada rasa sedih, ada rasa haru, ada rasa rindu, dan rasa-rasa lainnya. Tapi kali ini air mata tak terbendung lagi. Kupeluk, kucium, kurasakan kasih sayang ibu untuk terakhir kalinya sebelum ku mulai episode baru dalam hidupku.

Detik itu, aku merasa oksigen dalam otakku berkurang

Detik itu, aku merasa mulutku terkunci oleh ratusan gembok

Detik itu, aku merasa “how am i without mum?”

Detik itu pula, semua akan berbeda karena hanya akan ada aku dan waktu

Thanks for the unforgetable journey Mum

I’m nothing without you beside me

My unforgetable journey is my first journey with mum, only me and Mum

“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale

banner GA ku

36 thoughts on “My First Unforgettable Journey (with) Mum

  1. terharu mbacanya mbak..salam buat mamanya semoga sehat sehat selalu….
    jadi ingat perjalanan awal mau kuliah dulu….walaupun cuman terpisah jarak 150 km 3 jam perjalanan saya juga meraskan hal yang sama…duh dirimu malah antar pulau..:)
    sukses kontesnya mbak..:)

  2. Waaah,,udah nulis aja mba,,always the firs ya mba he he perjalanan pertamaku dg mama kapan yaa,,cm inget dl pas TK suka dibonceng sepeda pulang sekolah sama mama he he,,hemmm melodi memori,,tambah baca postingan ini pengen mewek mba,,

  3. Jadi, bagaimana selanjutnya kehidupan di Blogor, Mbak? Betah kah tinggal disana?
    Bogor itu, terkhusus Kebun Raya, punya kenangan indah juga dalam hidup saya. Ah tapi itu sudah lama sekali.
    Baru tahu kalau Mbak mulai kuliah thn 2002 ya? Masih sangat muda ya Mbak…
    Saya sudah demikian menuju senja…

    Sukses dg GA nya, Mbak.

    Salam,

    • alhamdulillah senang pak, dinikmati aja semuanya, sampe menikah dan punya anak akhirnya masih di bogor juga. Iya pak, saya menuju 30 tahun jadi ga bsa dibilang muda juga, hehehe…berjiwa muda seperti bapak harus ditiru bahkan masih aktif menulis seperti sekarang ini, sya salut ama bapak. 🙂 smga sehat terus bersama keluarga dsna aamiin

      • Nikmat ya Mbak tinggal di Bogor?
        Saya pernah tinggal di daerah Ciluar sekitar 8 bulan. Waktu itu saya bekerja di pabrik sepatu disana di alah thn 2000 setelah masa pengangguran saya yang lama akibat Krismon thn 1998.
        Saat itu, kalau lagi santai, sore-sore saya suka naek angkot ke Bogor, turun di depan Istana, asik memperhatikan kijang-kijang disana saat menjelang senja.
        Awal thn 2000, kerja saya pindah ke Bekasi sampai saat ini. Waktu itu keluarga saya tinggal di Bekasi. Sekarang sudah 5 tahunan keluarga kembali ke Sukabumi. Tiap minggu saya pulkam Bekasi – Sukabumi.

        Ah, jadi cerita kemana-mana nih Mbak. Kalau kapan-kapan main bersama keluarga ke Sukabumi, mampir di rumah saya ya Mbak…

        Salam,

      • wah terimakasih atas kebaikannya bapak, salam buat semua keluarga di Sukabumi, iya saya juga pernah ke ciluar ada Dosen saya disana. Wah, ternyata bapak punya banyak pengalaman juga, tentu semua banyak hikmahnya, semoga sekarang semua jauh lebih baik ya pak.. aamiin 🙂

  4. Aku juga terharu mak, jadi kangen almh mamaku.
    Unforgettable journey yang permanen ya mak, karena akhirnya berkeluarga dan tinggal juga di Bogor, semoga Bogor tak mengecewakanmu mak. 🙂
    Sukses GAnya ya 🙂

  5. Pingback: Daftar Peserta Momtraveler Giveaway | Momtraveler's Tale
  6. Pingback: Daftar Peserta Momtraveler Giveaway

Leave a comment