Peranan Young Social Entrepreneur dalam Memperkuat Perekonomian Bangsa

Indonesia adalah salah satu Negara di Asia dengan jumlah penduduk tertinggi, sebuah data bahkan penyebutkan Indonesia sebagai Negara nomor empat dengan jumlah penduduk tertinggi di dunia yakni sebesar 248.645.008 jiwa tahun 2012 (www.internetworldstats.com).

 1

Di sisi lain, Indonesia tahun 2010, www.gfmag.com mencatat Indonesia sebagai peringkat 122 negara termiskin dari 184 negara yang ada berdasarkan angka Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Sementara itu, jika dilihat dari sejumlah Negara di Asia Tenggara, Indonesia masih lebih miskin daripada Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia dan Thailand. Artinya Indonesia dengan segala potensi alam yang ada masih belum mampu memberikan nilai tambah yang lebih bagi perekenomian bangsa secara merata dan menyeluruh.

 2

Masalah lainnya yan terjadi di Indonesia selain kemiskinan adalah pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia Februari 2013 mencapai 17,7 juta jiwa (www.bisniskeuangan.kompas.com). Angka tersebut tentu akan menimbulkan masalah baru lagi di Indonesia jika tidak segera dicari solusinya. Karena dapat mengakibatkan ketidakstabilan perekonomian yang ujung-ujungnya dapat memperlambat kemajuan bangsa.

Perekonomian memang memiliki peranan penting dalam pembangunan suatu Negara. Jika perekonomian bangsa kuat tentu saja akan semakin mudah dalam memajukan bangsa. Namun sebaliknya, jika perekonomian lemah sudah barang tentu akan sulit meningkatkan kesejahteraan bangsa yang adil dan merata. Semakin tinggi jumlah entrepreneur maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa diperlukan setidaknya 2 % entrepreneur dari total jumlah penduduk  (http://eprints.undip.ac.id ).

.

entrepreneur

Kewirausahaan sosial atau yang dikenal dengan istilah Social Entrepreneur merupakan salah satu faktor yang terbukti mampu memberi dampak positif terhadap pengembangan perekonomian bangsa. Lihat gambar 1 di atas, grafik menunjukkan bahwa pengembangan ekonomi semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah entrepreneur (Acs, 2010). Hal ini dibuktikan dengan daya tahannya yang lebih kuat dibandingkan bisnis bentuk lainnya saat terjadi krisis. Statistik bahkan membuktikan bahwa jumlah bisnis yang berbasis kewirausahaan sosial memiliki persentase lebih banyak saat krisis yakni sebesar 65% (www.investor.co.id).

Seorang wirausahawan sosial mampu mengurangi tingkat kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat sekitar sehingga mengurangi ketergantungan terhadap orang lain. Selain itu, wirausahawan sosial juga mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang kurang diperhatikan pemerintah dengan cara-cara yang inovatif seperti memadukan unsur kearifan lokal dengan inovasi sosial sehingga mampu mengoptimalkan modal sosial di masyarakat. Sebut saja Goris Mustaqim, pemilik dan pendiri PT Barapraja Indonesia juga inisiator terbentuknya paguyuban pemuda Asli Garut (Asgar Muda) yang beranggotakan 700 muda-mudi Garut yang fokus pada pendidikan (bimbingan belajar untuk siswa SMA/SMK), kewirausahaan (pelatihan kewirausahaan yang mempertemukan calon usahawan denan investor) dan pembinaan masyarakat (pembinaan dan pendampingan pengrajin akar wangi hingga membantu pemasarannya).

Lalu ada Elang Gumilang, yang ketika berusia 24 tahun dan masih berstatus mahasiswa IPB sudah menjadi Direktur utama Elang Grup sebuah pengembang perumahan sederhana lebih dari seribu rumah untuk masyarakat menengah ke bawah di Kabupaten Bogor dengan modal awal usaha hanya 300 juta dan kini memiliki omzet hingga Rp 17 miliar. Bahkan masyarakat yang berpenghasilan di bawah Rp 2,5 juta kini mampu memiliki rumah sederhana yang layak huni. Usahanya mampu membantu banyak masyarakat berpenghasilan rendah di Bogor.

Selanjutnya ada, M. Bijaksana Junerosano, yang termotivasi dari perubahan iklim berinisiatif mendirikan Greeneration Indonesia (GI) tahun 2005. Sejak tahun 2008 bahkan dia telah memposisikan bisnisnya sebagai Social Enterprise dengan menawarkan produk dan program yang ramah lingkungan, seperti tas ramah lingkungan “BaGoes” untuk mengurangi sampah plastik. Visinya untuk melestarikan Indonesia melalui pengolahan sampah, cukup air, hemat energi dan langit cerah tentu berdampak langsung pada kesehatan masyarakat Indonesia dan keberlanjutan sumber daya alam di Indonesia.

Dan untuk membangun pengembangan perekonomian bangsa, masih dibutuhkan banyak sekali anak-anak muda yang berjiwa wirausaha serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi seperti mereka. Karena terbukti mereka bukan sekedar mengembangkan bisnis namun yang terpenting mereka mampu memecahkan persoalan yang ada di masyarakat baik dalam mengurangi angka kemiskinan, menurunkan jumlah pengangguran, memperbaiki pola hidup masyarakat agar semakin sehat serta meningkatkan pendidikan dan wawasan masyarakat).

Jika Young Social Entrepreneur semakin banyak maka akan semakin tinggi pula dampak positifnya untuk perekonomian bangsa. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya pemerintah untuk mendorong terciptanya Young Social Entrepreneur khususnya di kalangan anak muda karena anak muda dipercaya sebagai agen perubahan yang mampu membawa perubahan besar bagi bangsa.

Perubahan kan harus diciptakan bukan ditunggu!

Andakah Young Social Entrepreneur berikutnya?

Sumber Referensi:

http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/viewFile/198/145
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/06/15031042/Turun.Tipis.Angka.Pengangguran.di.Indonesia.Capai.7.17.Juta.Orang

Click to access darwanto-Peran_Entrepreneur_proceed_polines.pdf

http://www.internetworldstats.com/stats8.htm
http://www.gfmag.com/component/content/article/119-economic-data/12529-the-worlds-richest-and-poorest-countries.html
Acs, Zoltan J., dkk. 2010. Entrepreneurship, Economic Development and Institution tersedia pada  http://www.springerlink.com

Tulisan ini asli karya penulis, belum pernah dipublikasikan atau diikutsertakan dalam lomba apapun